PARIS -- Muslim
Prancis sepakat untuk mengakhiri perhitungan tradisional terkait penentuan 1
Ramadhan. Gantinya, mereka memilih ilmu astronomi.
Menghasilkan putusan
ini bukan perkara yang mudah. Perbedaan pendapat mengiringi pembahasan masalah
tersebut. Pada akhirnya Dewan Muslim Prancis (CFCM) selaku induk organisasi
Muslim Prancis memutuskan untuk menggunakan pemungutan suara.
Pada putusan akhir,
mereka menyepakati untuk memulai penggunaan perhitungan astronomi guna
menentukan hari pertama puasa.
"Sekarang,
semuanya terlihat lebih mudah," kata Presiden CFCM, Mohammad Moussaoui,
yang juga mengumumkan hari pertama Ramadhan jatuh pada tanggal 9 Juli, seperti
dikutip Onislam.net, Jumat (10/5).
Keputusan Muslim
Prancis ini menyusul langkah serupa yang dilakukan oleh Jerman dan Bosnia.
Sebelumnya, kebanyakan negara-negara Eropa menentukan 1 Ramadhan dengan
mengikuti Arab Saudi.
"Ini merupakan
peristiwa bersejarah. Sekarang, kami bisa berpuasa di waktu yang sama,"
kata pemimpin komunitas Muslim Lyon, Azzedine Gaci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar