Pada
awalnnya lahan-lahan berhutan lebat mempunyai tanah yang subur, tetapi setelah
pohon ditebangi dan diusahakan untuk pertanian (ladang), maka tanah menjadi
kurus akibat proses penghanyutan dan pencucian unsur hara sehingga tanah
menjadi miskin unsur hara dan tidak dapat digunakan lagi untuk pertanian. Beda
halnya dengan hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut mempunyai karakteristik yang
unik. Tanah pada lahan atau hutan rawa gambut berasal dari tumpukan bahan
organik yang jenuh air sehingga proses dekomposisi tidak berjalan dengan
sempurna. Keadaan ini mengakibatkan lahan menjadi miskin mineral dan sangat
masam.
Pengembangan lahan gambut untuk usaha pertanian memerlukan adanya drainase buatan yang bertujuan untuk mengatur kelebihan air tetapi tidak sampai menyebabkan keringnya lahan gambut. Selain itu, diperlukan juga perbaikan sifat kimia dan fisik tanah. Salah satu cara untuk memperbaiki sifat lahan gambut tersebut adalah dengan menggunakan pupuk kompos. Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan cara menambahkan bahan tersebut ke dalam tanah agar menjadi lebih subur. Pemupukan diartikan sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah untuk memperbaiki sifat-sifat kimia dan fisik tanah seperti pengapuran dan pemberian abu atau tanah mineral (lumpur, pasir dan tanah liat) pada tanah organik dan penambahan bahan organik atau kompos pada tanah mineral.
MENGENAL
KOMPOS
Kompos adalah pupuk yang
dihasilkan dari bahan organik melalui proses pembusukan. Pembuatannya dilakukan
pada suatu tempat yang terlindung dari matahari dan hujan. Untuk mempercepat
perombakan dan pematangan serta menambah unsur hara dapat ditambahkan campuran
kapur dan kotoran ternak (ayam, sapi atau kambing). Bahan yang digunakan sebagai sumber kompos dapat berupa
limbah, seperti sampah atau sisa-sisa tanaman tertentu (jerami, rumput dan
sebagainya). Pupuk kompos berfungsi untuk memperbaiki kesuburan tanah dan
meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman.
Tabel 1. Kandungan
unsur-unsur hara pada berbagai pupuk organik
No.
|
Jenis Pupuk
|
Unsur-Unsur Hara dalam 10 ton
|
||
N
|
P2O5
|
K2O
|
||
Kg/10 ton
|
||||
1
|
Pupuk kandang
|
24
|
30
|
27
|
2
|
Kompos
|
22
|
4
|
43
|
3
|
Jerami
|
40
|
30
|
50
|
PROSES
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
Bahan
:
Sisa tanaman (limbah
panen) atau semak dan rerumputan, sebaiknya sudah layu (tidak terlalu basah);
Kotoran ternak (ayam, sapi, kambing), diusahakan kotoran sudah “matang”; Kapur
pertanian (kaptan); dan Air untuk
menyiram bahan kompos.
Alat
:
Cangkul dan sekop untuk
mengaduk dan membalikkan kompos; Embrat atau ember untuk menyiramkan air pada
tumpukan kompos; Atap peneduh untuk melindungi bahan kompos; Parang atau pisau
untuk merajang dan memisahkan batang dan daun; dan Karung untuk menyimpan
kompos.
Tempat/lokasi
pembuatan kompos :
Setelah bahan-bahan dan
peralatan tersedia, lalu disiapkan tempat untuk pembuatan kompos yang letaknya
tidak jauh dari lahan agar mudah mengangkut dan menyebarkan kompos. Tempat
pembuatan kompos diberi atap atau peneduh untuk menjaga kelembaban sehingga
proses pengomposan berjalan dengan cepat. Tempat pembuatan kompos biasanya
berukuran 2 x 2 meter dan dalam hamparan yang luas disediakan 3 - 4 tempat
pembuatan kompos.
TAHAP
PEMBUATAN PUPUK KOMPOS
1. Sisa
tanaman (limbah panen) atau semak dam rerumputan dirajang/dipotong kecil-kecil
(25-50 cm) agar proses pembusukan berlangsung lebih cepat.
2. Potongan-potongan
bahan kompos tadi disusun rapi dan ditumpuk setebal 30-50 cm lalu diperciki
air.
3. Di
atas bahan kompos ditaburkan kotoran ternak (pupuk kandang) secara merata
setebal 5-10 cm.
4. Taburkan
kapur pertanian di atas kotoran ternak secukupnya hingga merata.
5. Pasang
cerobong bambu tegak lurus ke dalam tumpukan awal tersebut. Selanjutnya lakukan
kembali penumpukan bahan-bahan yang telah disebutkan di atas secara merata.
Demikian seterusnya sehingga susunan bahan kompos berlapis-lapis mencapai
ketinggian 1,5 meter.
6. Setelah
selesei menyususn, dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
7. Untuk
mempercepat proses pembusukan, sebaiknya kompos ditutup dengan lembaran
plastik/terpal.
KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN PUPUK KOMPOS
Pupuk organik berupa
pupuk kandang atau pupuk kompos jika dibandingkan dengan pupuk buatan
(anorganik) mempunyai kelebihan antara lain:
1. Memperbaiki
tekstur tanah.
2. Meningkatkan
pH tanah.
3. Menambah
unsur-unsur makro maupun mikro.
4. Meningkatkan
keberadaan jasad-jasad renik dalam tanah.
5. Relatif
tidak menimbulkan polusi lingkungan.
Sedangkan kelemahannya antara
lain:
1.
Jumlah pupuk
yang diberikan pada tanaman lebih tinggi daripada pupuk anorganik.
2.
Respon tanaman
lebih lambat.
3. Sumber
hama dan penyakit bagi tanaman.
PEMANFAATAN
PUPUK KOMPOS PADA LAHAN GAMBUT
Pada
awalnya dilakukan pembakaran pada pupuk kompos. Pembakaran harus dilakukan
secara hati-hati. Pembakaran tidak dilakukan langsung di atas lahan gambut
tetapi di atas lapisan tahan api misalnya seng atau potongan drum bekas. Hal
ini bertujuan untuk mencegah kebakaran di lahan gambut.
Pada umumnya dosis pemberian abu sebagai bahan amelioran
(pembenah) untuk meningkatkan kesuburan tanah berkisar antara 2,5-30 ton/ha (Sibuea
et al., 1993). Namun beberapa
penelitian merekomendasikan dosisnya pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Dosis
pemberian bahan amelioran pada lahan gambut
Lokasi
|
Dosis (ton/ha)
|
Produksi (ton/ha)
|
Keterangan
|
Proyek Lahan Gambut (PLG), Kalteng
|
abu vulkanik (8-10)
|
Jagung (4-4,5)
Kedelai (2-2,5)
|
Setiadi, B. (1999)
|
abu sawmill (10) + 120 kg terusi
|
Kedelai berproduksi baik
|
T. Vadari (1992)
|
|
Kalbar
|
abu kayu (60)
|
Tanaman sayuran
|
IPG. Widjaja Adhi (1992)
|
lumpur laut (15-20)
|
Tanaman pangan
|
Rianto, et al. (1996)
|
|
tanah mineral (120)
|
Kedelai (1,7)
|
Hadjowigeno, S.
|
Pemanfaatan sampah organik menjadi pupuk kompos banyak
dilakukan, namun masih ditemukan beberapa masalah antara lain waktu pengomposan
terlalu lama (1-1,5 bulan/ton sampah), kualitas/nilai hara yang dihasilkan
rendah dan biaya produksi yang tinggi. Dari bahan baku sampah sebanyak 900-1000
kg akan dihasilkan 300-450 kg pupuk kompos (Santoso, 1998 dan Sibuea et al., 1993).
DAFTAR
PUSTAKA
Dohong,
A. 2003. Pemanfaatan Lahan Gambut untuk
Kegiatan Pertanian Holtikultura: Belajar dari Pengalaman Petani Desa
Kalampangan, Kalimantan Tengah. Warta Konservasi Lahan Basah Vol II no.2
April 2003. Wetlands International – Indonesia Programme
Santoso,
H. B. 1998. Pupuk Kompos dari Sampah
Rumah Tangga. Kanisisus. Jakarta
Sibuea,
L.H. et al,. 1993. Penambahan Pupuk untuk Mempercepat Pembuatan
Kompos dari Bahan Sampah Pasar. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah
dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar