Suatu
ketika, Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu anhu, sahabat terdekat Rasulullah
saw termenung. Ia tengah berpikir, amal shalih apa yang pernah dikerjakan oleh
Rasulullah saw namun belum ia kerjakan. Maka ia pun bertanya kepada anaknya,
Aisyah r.a. yang juga merupakan istri Rasulullah saw. Ia bertanya,”Wahai
anakku, apa kira kira amal yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw ketika
masih hidup tapi belum aku kerjakan?” Aisyah r.a. menjawab, “Rasulullah saw
selalu memberi makan kepada seorang Yahudi buta di pojok sudut pasar”. Maka Abu
Bakar r.a, mengecek dan mendapati seorang perempuan renta yang buta duduk di
sebuah sudut pasar tanpa ada siapapun yang mempedulikannya.
Abu Bakar
r.a segera mendekati perempuan buta Yahudi itu dan mengeluarkankan roti yang
sudah siapkan untuk diberi kepada perempuan buta itu. Perempuan buta itu terus
mengoceh omongan buruk tantang Rasulullah saw. Ia menghina Rasulullah saw dan
menyuruh orang orang dipasar untuk tidak mengikuti ajakan Muhammad. Abu Bakar
r.a. mendengar itu semua dan sabar, ia tidak bisa membayangkan perasaan
Rasulullah saw memberi makan perempuan buta itu sambil dihina dan diejek setiap
harinya oleh perempuan yang sama. Mulut yang telah diberinya makan tiap hari
tapi membalas dengan hinaan dan cercaan. Rasulullah SAW memang manusia paling
mulia yang pernah ada dalam sejarah.
Ketika
suapan pertama telah masuk ke dalam mulut perempuan buta itu ia merasa kaget
dan memuntahkan makanan yang diberi oleh Abu Bakar r.a. Perempuan buta itu
berkata,”Siapa kamu, kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan”. Abu Bakar
berkata ,”Dari mana engkau tahu bahwa aku bukanlah orang yang biasa memberimu
makan?” Perempuan buta itu menjawab,”Makanan yang engkau beri tidak kau
haluskan lebih dulu. Orang yang biasa memberi aku makan selalu menghaluskan
makanan lebih dulu karena ia tahu kalau gigiku sudah tak sanggup lagi mengunyah
makanan.”
Abu Bakar
r.a pun hendak meneteskan airmata, mengingat Rasulullah SAW senantiasa
berakhlak sangat mulia sekalipun terhadap orang yang setiap hari menghina dan
mencacinya. Sejenak kemudian Abu Bakar r.a berkata,”Ketahuilah, orang yang
biasa memberimu makan sudah wafat beberapa hari yang lalu dan aku adalah
sahabatnya. Orang yang biasa memberimu makan adalah Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam, laki laki yang tiap hari selalu bersabar meski kau hina dan caci
sedangkan ia tak pernah berhenti menyuapkan makanan ke mulutmu”.
Perempuan
Yahudi yang buta itu kaget bukan main dan tak lama kemudian ia menangis.
Bagaimana mungkin orang yang selalu bersabar dan memberinya makan sambil terus
mendengar hinaan dan cacian bukan seseorang yang menjadi pilihan Tuhan untuk
menyampaikan risalah kenabian. Ia menyesal belum sempat meminta maaf kepada
orang yang sangat peduli dengannya padahal tidak ada seorang keluarganya pun
yang sempat menengok keadaannya.
Ia lalu
bersyahadat di hadapan Abu Bakar r.a dan menjadi muslimah yang taat.
Hari-harinya diisi dengan ibadah. Ia tak melewatkan waktu kecuali dengan sibuk
berzikir dan beribadah.
Demikianlah
akhlak Rasulullah saw. Jangan heran, jika Michael H. Hart, seorang penulis
kenamaan Barat, menempatkan Muhammad saw sebagai sosok nomor satu yang paling
berpengaruh di dunia sepanjang sejarah.
Masihkah
orang-orang yang buta mata hatinya mengingkari akhlak dan kemuliaan Rasulullah
saw?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar