Nama:
Ir. H. Aburizal Bakrie
Lahir:
Agama:
Islam
Profesi:
Pengusaha
Pendidikan:
Fakultas Elektro, Institut
Teknologi Bandung, lulus tahun 1973
Pekerjaan:
1992 -
sekarang : Komisaris Utama/Chairman, Kelompok Usaha Bakrie
1989 – 1992 : Direktur Utama PT. Bakrie
Nusantara Corporation
1988 – 1992 : Direktur Utama PT Bakrie & Brothers
1982 – 1988 : Wakil Direktur Utama PT. Bakrie & Brothers
1974 –1982 : Direktur PT. Bakrie & Brothers
1972 – 1974 : Asisten Dewan Direksi PT. Bakrie & Brothers
Organisasi:
2000 – 2005 : Anggota Dewan
Pakar ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia)
1999 – 2004: Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II
1996 – 1998: Presiden, Asean Chamber of Commerce & Industry
1996 – 1997: International Councellor, Asia Society
1994 - 1999: Ketua Umum KADIN periode I
1993 – 1998: Anggota, Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) – periode II
1993 – 1995: Anggota Dewan Penasehat, International Finance Corporation
1993 – 1995: Presiden ASEAN Bisnis Forum (d/h Institute of South East Asian
Business) – periode II
1991 - 1993: Presiden ASEAN Bisnis Forum (d/h Institute of South East Asian
Business) – periode I
1989 – 1994: Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia
1988 – 1993: Wakil Ketua Umum, KADIN Bidang Industri dan Industri Kecil
1988 - 1993: Anggota, Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) – periode I
1985 – 1993: Ketua Bidang Dana PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Indonesia)
1984-sekarang : Anggota, Partai Golongan Karya
1984 – 1988: Wakil Ketua, Asosiasi Kerjasama Bisnis Indonesia – Australia
1977 – 1979: Ketua Umum, HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)
1976 – 1989: Ketua Umum, Gabungan Pabrik Pipa Baja Seluruh Indonesia
1975: Ketua Departemen Perdagangan HIPMI
1973 – 1975: Wakil Ketua Departemen Perdagangan, HIPMI
Penghargaan:
1997: Penghargaan “ASEAN
Business Person of the Year” dari the ASEAN Business
Forum
1995: Pengharagaan “Businessman of the Year” dari Harian Republika
1986: Penghargaan “The Outstanding Young People of the World” dari the Junior
Chamber of Commerce
Alamat Rumah:
Jl. Ki Mangunsarkoro No.42,
Menteng
Jakarta – 10310
Aburizal Bakrie
(1)
Pengusaha Jadi
Menko Perekonomian
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini seusai serah terima jabatan dengan
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (21/10/2004) mengatakan, untuk menggerakkan sektor
riil, pemerintah tidak lagi hanya mengandalkan dana yang berasal dari fiskal.
Pemerintah juga harus bisa memanfaatkan dana perbankan, Jamsostek, atau lainnya
yang dapat digunakan sebagai dana jangka panjang.
Mengenai konsep untuk mengatasi penyelundupan, Aburizal mengatakan, saat masih
di Kamar Dagang dan Industri (Kadin), ia sudah mencoba mengatasi penyelundupan
dengan pemerintah, tetapi belum berhasil. Kali ini pemerintah akan fokus untuk
memerangi penyelundupan.
"Penyelundupan sudah merusak produsen pertanian dan manufacturing, jadi
harus ada gerakan untuk mengatasi hal itu. Saya sebenarnya mendapat pengarahan
dari Bapak Presiden yang mengatakan beliau akan mengadakan inspeksi mendadak
pada poin yang krusial dan berbahaya," ujar
Mantan Ketua
Umum Kadin Indonesia ini sebelum diangkat menjadi Meko Prekonomian Kabinet
Indonesia Bersatu, sempat menjadi salah satu kandidat calon presiden yang
memenangi lima besar dalam Konvensi Partai Golkar. Putera sulung pengusaha H
Achmad Bakrie kelahiran Jakarta 15 November 1946 ini pada awal pencalonan
didukung tidak kurang dari ketiga ormas Trikarya Golkar (SOKSI, Kosgoro, dan
MKGR).
Boss Bakrie Group ini tetap eksis
dalam dunia usaha. Ia salah satu dari konglomerat yang mampu bertahan dari badai ekonomi yang
melanda negeri ini.
Jabatan Ketua
Umum Kadin Indonesia yang dipangkunya sejak 1994 hingga tahun depan, telah
mengantarnya untuk berkutat pada persoalan-persoalan nasional yang lebih besar
daripada persoalan-persoalan yang dialami perusahaannya sendiri.
Saat ini,
perjalanan karier alumni jurusan elektro ITB tahun 1973 sedang dalam proses
menuju posisi orang nomor satu di negeri ini. Dia kini sangat sibuk
menyosialisasikan visi dan misi sebagai salah seorang bakal calon presiden dari
Partai Golkar.
Namun sesibuk
apa pun dia, ternyata masih sempat menikmati hobinya, yaitu menyanyi dan
olahraga. Sementara menari atau dansa, kurang disukainya. "Saya bisa
cha-cha dan waltz, tetapi tidak begitu menikmati. Saya berdansa hanya untuk
menyenangkan orang yang mengajak. Lain kalau menyanyi, saya senang sekali. Apa
pun lagunya saya senang, terutama lagu-lagu romantis," katanya kepada
Kompas.
Tentang olahraga, Ical mengaku dirinya benar-benar disiplin melakukannya. Tiga
jam setiap hari. Dia juga tidak merokok.
Makanya, Ical paling marah kalau melihat pegawainya merokok.
Tentang perekonomian nasional, menurutnya, bisa tumbuh lebih cepat
dibandingkan sekarang bila pemerintah lebih serius mengembangkan potensi pasar
domestik sebagai motor penggerak ekonomi nasional.
Ekonomi Indonesia
sudah ada perbaikan dan kemajuan, tapi ekonomi kita bisa tumbuh lebih tinggi
dari 3,5 persen dengan dukungan ekonomi domestik yang lebih kuat. Kebijakan memperkuat
ekonomi domestik memiliki nilai sangat strategis bagi pemulihan ekonomi,`
ujarnya di Jakarta, Minggu.
Dikemukakan, pasar domestik yang kuat akan membantu pelaku usaha di dalam
negeri untuk bersaing dan meningkatkan kinerja mereka yang secara signifikan
akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja.
Ical lahir di Jakarta, 15 November 1946 , berkibar
dengan perusahaan yang dirintis keluarganya, PT Bakrie & Brothers Tbk,
sejak 1942. Ical adalah lulusan Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi
Bandung 1973. Jabatan di Bakrie & Brothers yang pernah dipegang, antara
lain, direktur utama PT Bakrie Nusantara Corporation pada 1989-1992, Dirut PT
Bakrie & Brothers 1988-1992, dan komisaris utama Kelompok Usaha Bakrie pada
1999-2004.
Ical juga aktif di organisasi. Periode 2000-2005, dia menjadi anggota Dewan
Pakar ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia); 1999-2004, menjadi ketua
umum Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) periode II; 1996-1998,
menjabat presiden Asean Chamber of Commerce & Industry; dan 1993-1998,
anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR)-periode II.
Aburizal Bakrie
(2)
Mencoba
Keberuntungan
Mantan Ketua Umum Kadin Indonesia ini mencoba keberuntungan politik dengan ikut
menjadi salah satu kandidat calon presiden dalam Konvensi Partai Golkar. Putera
sulung pengusaha H Achmad Bakrie kelahiran Jakarta 15 November 1946 ini pada
awal pencalonan didukung tidak kurang dari ketiga ormas Trikarya Golkar (SOKSI,
Kosgoro, dan MKGR). Kemudian ia pun masuk dalam tujuh besar pemenang
prakonvensi yang akan bertanding pada Konvensi Capres Partai Golkar selepas
Pemilu Legislatif.
Bos Bakrie Group ini hingga kini tetap eksis dalam dunia usaha. Ia salah satu
dari konglomerat yang mampu bertahan dari badai ekonomi yang melanda negeri
ini.
Jabatan Ketua Umum Kadin Indonesia yang dipangkunya sejak 1994 yang berakhir
tahun 2004 ini, telah mengantarnya untuk berkutat pada persoalan-persoalan
nasional yang lebih besar daripada persoalan-persoalan yang dialami
perusahaannya sendiri.
Saat ini, perjalanan karier alumni jurusan elektro ITB tahun 1973 sedang dalam
proses menuju posisi orang nomor satu di negeri ini. Dia kini sangat sibuk
menyosialisasikan visi dan misi sebagai salah seorang bakal calon presiden dari
Partai Golkar.
Namun sesibuk apa pun dia, ternyata masih sempat menikmati hobinya, yaitu
menyanyi dan olahraga. Sementara menari atau dansa, kurang disukainya. “Saya
bisa cha-cha dan waltz, tetapi tidak begitu menikmati. Saya berdansa hanya
untuk menyenangkan orang yang mengajak. Lain kalau menyanyi, saya senang
sekali. Apa pun lagunya saya senang, terutama lagu-lagu romantis,” katanya
kepada Kompas.
Tentang olahraga, Ical mengaku
dirinya benar-benar disiplin melakukannya. Tiga jam setiap hari. Dia juga tidak
merokok. Makanya, Ical paling marah kalau melihat pegawainya merokok.
Tentang perekonomian nasional, menurutnya, bisa tumbuh lebih cepat dibandingkan
sekarang bila pemerintah lebih serius mengembangkan potensi pasar domestik
sebagai motor penggerak ekonomi nasional.
Ekonomi Indonesia
sudah ada perbaikan dan kemajuan, tapi ekonomi kita bisa tumbuh lebih tinggi
dari 3,5 persen dengan dukungan ekonomi domestik yang lebih kuat. Kebijakan memperkuat
ekonomi domestik memiliki nilai sangat strategis bagi pemulihan ekonomi,”
katanya menjelaskan. Dikemukakan, pasar domestik yang kuat akan membantu pelaku
usaha di dalam negeri untuk bersaing dan meningkatkan kinerja mereka yang
secara signifikan akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja. ► e-ti/Majalah Tokoh Indonesia
Volume 09
Aburizal Bakrie (3)
Akan Memberantas Penyelundup
Sebelum menjabat menteri, tokoh yang satu ini adalah trade mark-nya Kadin
(Kamar Dagang dan Industri). Sebutan itu bukan tidak beralasan. Selama sepuluh
tahun (periode 1994-1999 dan 1999-2004) menukangi Kadin, Aburizal Bakrie
berhasil membawa organisasi pengusaha itu sangat berpengaruh dalam pengambilan
kebijakan pemerintah.
Kini Ical -sapaan Aburizal- pindah "kamar". Bila sebelumnya hanya
sebatas mempengaruhi kebijakan pemerintah, kini dia menjadi penentu kebijakan.
Ical dipercaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Menko
Perekonomian. Sebagai mantan pejabat Kadin, apakah Ical akan membekingi kepentingan
pengusaha? Meneruskan kepentingan Kadin? Bagaimana pula prospek bisnis Grup
Bakrie? Berikut petikan wawancaranya dalam sebuah kesempatan.
Pada saat ditawari SBY jadi menteri, apa poin penting yang dibicarakan?
Pembicaraan itu berlangsung rileks
dan terbuka. Sebagai orang yang terjun di dunia bisnis, saya berbicara dan
berdiskusi mengenai berbagai langkah ekonomi yang harus dilakukan pemerintah
dengan cepat. Ini agar dunia usaha sebagai penopang ekonomi bisa tumbuh dengan baik.
Saya juga
jelaskan mana yang harus menjadi prioritas pertama dan mana yang akan menjadi
prioritas kedua dan seterusnya. Saya juga mengatakan kepada Pak Yudhoyono,
semua konsep itu sudah saya siapkan dengan matang. Jika kemudian saya terpilih,
saya sudah siap dan tinggal koordinasi saja antar departemen. Oh ya, saya ketika dipanggil hari Sabtu 17
Oktober 2004, sore hari.
Awalnya,
penunjukan Anda sempat menjadi pro-kontra publik. Bagaimana Anda menjawab
keraguan itu saat ini?
Begini. Bagi saya, pro-kontra
itu wajar. Itu demokratis. Tapi, yang perlu saya jelaskan adalah saya ini akan
berjalan dan bertindak dalam kapasitas sebagai seorang menteri koordinator.
Saya membuat prioritas-prioritas kebijakan ekonomi untuk mendorong kerja lima tahun ke depan. Itu
sudah mencakup semua aspek perekonomian.
Ada lima
prioritas yang saya susun untuk memperbaiki kondisi perekonomian. Pertama, saya
tegaskan, pemerintah akan menggunakan seluruh sumber pendanaan yang ada di
dalam negeri untuk membiayai kebutuhan pembangunan sarana penunjang yang saat
ini masih kurang.
Misalkan industri makanan dengan pertanian. Jika industri pertanian diproteksi,
maka pada saat yang sama, industri makanan akan terpukul karena akan sulit
untuk diekspor. Contoh lainnya adalah industri baja dengan makanan. Jika
industri baja diproteksi, maka harga kaleng akan menjadi mahal sehingga makanan
dalam kemasan kaleng tidak bisa ekspor akibat harga kemasan yang terlalu
tinggi.
Kedua, pemerintah akan segera menetapkan jenis strategi industri yang akan
diambil oleh Indonesia, yang diharapkan akan berjalan dalam tiga hingga lima
tahun kemudian. Keputusan
mengenai strategi industri ini harus dilakukan lebih awal.
Prioritas ketiga dalah pembangunan ekonomi domestik. Ini menyangkut pembangunan
pasar, pelaku usaha, produksi, hingga pembiayaannya.
Khusus untuk masalah pembiayaan, pemerintah mendatang harus melihat loan to
deposit ratio (LDR/rasio kredit) yang saat ini 53 persen. Dari Rp 450 triliun
tabungan masyarakat di perbankan nasional, hanya Rp 190 triliun yang
dikembalikan kepada masyarakat. Artinya, pemerintah akan secara hati-hati dan
transparan menggunakan sumber-sumber dana yang ada di dalam negeri tadi untuk
membiayai pembangunan ekonomi domestik.
Prioritas keempat, pemerintahan akan fokus membangun infrastruktur yang saat
ini sudah sangat hancur. Berdasar studi yang dilakukan di Kadin, paling tidak
perlu USD 150 miliar untuk membangun infrastruktur selama 10 tahun.
Dari USD 150 miliar tadi, USD 98 miliar atau sekitar Rp 900 triliun per tahun
di antaranya dapat dibiayai oleh pihak swasta. Pemerintah harus menyediakan dana
paling sedikit USD 52 miliar selama sepuluh tahun atau Rp 450 triliun per
tahun.
Prioritas terakhir adalah kebijakan di bidang energi. Dalam jangka waktu enam
bulan hingga satu tahun, kebijakan energi tersebut akan disusun lebih serius
oleh pemerintah. Menurut saya, seluruh energi yang ada dapat disalurkan ke
pusat-pusat konsentrasi penduduk, terutama ke Pulau Jawa.
Ini bisa
menggunakan sistem pipanisasi dari daerah kaya energi, seperti Kalimantan.
Jumlah dana yang diperlukan untuk melakukan pipanisasi itu hanya USD 2,5 miliar
sampai USD 3 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.
Program prioritas 100 hari?
Yang menjadi
fokus utama kita, yakni menggerakkan sektor riil, pemerintah tidak lagi hanya
mengandalkan dana yang berasal dari fiskal. Pemerintah harus bisa memanfaatkan
dana perbankan, Jamsostek, atau lainnya yang dapat digunakan sebagai dana
jangka panjang.
Dulu, Anda pernah bersuara keras soal penyelundupan. Bagaimana setelah Anda
jadi pejabat?
Itu cita-cita saya yang belum kesampaian. Penyelundupan kini masih marak.
Mulai gula, kayu, hingga beras. Saat saya masih aktif di Kadin, saya sudah
mencoba mengatasi penyelundupan ini dengan pemerintah, tetapi masih belum
berhasil. Kali ini saya tegaskan, pemerintah akan fokus untuk memerangi
penyelundupan. Saya sudah duduk di pemerintahan.
Karena penyelundupan sudah merusak produsen pertanian dan manufacturing, jadi
harus ada gerakan untuk mengatasi hal itu. Saya sebenarnya mendapat pengarahan
dari Bapak Presiden yang mengatakan bahwa beliau akan mengadakan inspeksi
mendadak pada poin yang krusial dan berbahaya. Jadi, cita-cita saya untuk
memberantas penyelelundupan akan saya realisasikan sekarang.
Sekarang bagaimana kelangsungan bisnis Grup Bakrie?
Sejak saya memutuskan untuk mengikuti konvensi Partai Golkar, saya sudah
melepaskan kegiatan bisnis saya. Itu semua sudah ada yang ngurus. Jadi, saya
tetap akan berkonsentrasi untuk melaksanakan tugas yang diamanahkan kepada saya
sebagai menteri koordinator bidang perekonomian. Artinya, saya akan bersikap profesional.
Kepentingan negara tetap saya utamakan.
Setelah Anda menteri, ide dan usul Kadin akan terpakai terus?
Saya tegaskan,
saya akan profesional. Saya ini menteri dari pos profesional. Jadi, setelah
jadi menteri, saya tetap akan profesional. Tapi, ide-ide teman Kadin yang saya
nilai baik dan bagus sebagai sebuah kontribusi ekonomi kepada negara tetap
diakomodasi.
Sebagai menteri koordinator, bagaimana Anda mengendalikan para menteri
teknis?
Insya Allah, dengan komitmen untuk memajukan bangsa dan negara ini, saya dan
anggota kabinet lainnya akan bekerja sama seoptimal mungkin dan sebaik mungkin.
► e-ti/Indo Pos 8 November 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar