Kita selama
ini mendapatkan informasi bahwa Rasulullah SAW telah melamar Aisyah RA ketika
berumur 6 tahun dan berumah tangga ketika berusia 9 tahun. Selama ini pula,
kaum orientalis dan kafir pembenci Islam kerap mengolok Nabi Muhammad seorang
pedofilia karena mengawini Aisyah, bocah perempuan berusia sembilan tahun.
Namun, ejekan itu kini terbantahkan.
Jadi,
bagaimana cerita runutnya?!
Maulana
Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi adalah seorang ahli hadits dari India. Ia
lahir tahun 1924 M, putera ulama hadits terkenal Mufti Isyfaq Rahman. Ayahnya
ini pernah jadi mufti besar Bhopal India.
Adapun
yang menjadi dasar kesimpulan tersebut adalah riwayat yang menunjukkan beda
usia Aisyah r.a dengan kakaknya Asma, sekitar 10 tahun. Riwayat ini ada di
kitab Siyar A’lamal Nubala karangan Al Zahabi. Sedangkan Asma meninggal di usia
100 tahun pada tahun 73 H (diriwayatkan Ibnu Kathir dan Ibnu Hajar). Artinya,
Asma lahir tahun 27 Sebelum Hijrah dan Aisyah lahir tahun 17 Sebelum Hijrah.
Sementara
itu, para ahli sejarah sepakat bahwa pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah
ra, terjadi pada sekitar tahun 2 H. Berarti Aisyah ra berumah tangga dengan
Rasulullah SAW pada usia 19 tahun.
Mudah-mudahan
dengan berita ini, tidak ada lagi berita-berita miring yang dialamatkan kepada
Rasulullah SAW atas pernikahannya dengan Siti Aisyah. Kalau umur 19 tahun di
masa itu, sepertinya sudah layak dianggap dewasa. Secara emosional dan
psikologis, umur 19 tahun juga sudah bukan umur anak-anak lagi.
Catatan
: Sebagai tambahan dalil…
1. Siti
Aisyah Ra. berkata :
“Saya
seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar
diturunkan (Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu
Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr)…
Untuk
dipahami, gadis muda (jariah), adalah mereka yang telah berusia antara 6-13
tahun.
Jika
Surat al Qamar, diturunkan pada tahun ke 8 (delapan) sebelum hijriyah (The
Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), berarti usia Aisyah ra. saat menikah
antara 16-23 tahun…
Syekh
Muhammad Sayyid At-Thanthawy berpendapat, Surat al Qamar diturunkan pada tahun
ke 5 (lima) sebelum hijriah. Jikapun pendapat ini, kita jadikan patokan
(dasar), maka akan diperoleh keterangan usia Aisyah ra. saat beliau menikah,
antara 13-20 tahun.
2. Berdasarkan
Sirah An-Nabawiyah (Ibnu Hisyam, 1/245-262.), dakwah secara siriyyah, yang
dilakukan Rasulullah sekitar kurang lebih 3 tahun dan sampai orang Islam
berjumlah 40 orang. Sejarah mencatat, Aisyah Ra. adalah orang ke-19 yang
menerima Islam, ini berarti beliau masuk Islam pada masa dakwah disampaikan
secara siriyyah (sembunyi-sembunyi).
Jika
Aisyah Ra. pada tahun 2H saat ia menikah, baru berumur 9 tahun. Maka di masa
dakwah secara siriyyah, berdasarkan perhitungan tahun, kemungkinan beliau belum
lahir. Bagaimana anak yang belum lahir, bisa bersyahadat ?
3. Mari
kita pahami hadits berikut :
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari ‘Uqail berkata, Ibnu Syihab maka dia mengabarkan keada saya ‘Urwah bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anha isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata;“Aku belum lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk Islam”.Dan berkata, Abu Shalih telah menceritakan kepada saya ‘Abdullah dari Yunus dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada saya ‘Urwah bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata; “Aku belum lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk Islam dan tidak berlalu satu haripun melainkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang menemui kami di sepanjang hari baik pagi ataupun petang. Ketika Kaum Muslimin mendapat ujian, Abu Bakar keluar berhijrah menuju Habasyah (Ethiopia) hingga ketika sampai di Barkal Ghomad dia didatangi oleh Ibnu Ad-Daghinah seorang kepala suku seraya berkata; “Kamu hendak kemana, wahai Abu Bakar?” Maka Abu Bakar menjawab: “Kaumku telah mengusirku maka aku ingin keliling dunia agar aku bisa beribadah kepada Tuhanku”.Ibnu Ad-Daghinah berkata: “Seharusnya orang seperti anda tidak patut keluar dan tidap patut pula diusir karena anda termasuk orang yang bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran. Maka aku akan menjadi pelindung anda untuk itu kembalilah dan sembahlah Tuhanmu di negeri kelahiranmu.Maka Ibnu Ad-Daghinah bersiap-siap dan kembali bersama Abu Bakar lalu berjalan di hadapan Kafir Quraisy seraya berkata, kepada mereka: “Sesungguhnya orang sepeti Abu Bakar tidak patut keluar dan tidak patut pula diusir. Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?”Akhirnya orang-orang Quraisy menerima perlindungan Ibnu Ad-Daghinah dan mereka memberikan keamanan kepada Abu Bakar lalu berkata, kepada Ibnu Ad-Daghinah:“Perintahkanlah Abu Bakar agar beribadah menyembah Tuhannya di rumahnya saja dan shalat serta membaca Al Qur’an sesukanya dan dia jangan mengganggu kami dengan kegiatannya itu dan jangan mengeraskannya karena kami telah khawatir akan menimbulkan fitnah terhadap anak-anak dan isteri-isteri kami”. Maka Ibnu Ad-Daghinah menyampaikan hal ini kepada Abu Bakar. Maka Abu Bakar mulai beribadah di rumahnya dan tidak mengeraskan shalat bacaan Al Qur’an diluar rumahnya.Kemudian Abu Bakar membangun tempat shalat di halaman rumahnya sedikit melebar keluar dimana dia shalat disana dan membaca Al Qur’an. Lalu istrei-isteri dan anak-anak Kaum Musyrikin berkumpul disana dengan penuh keheranan dan menanti selesainya Abu Bakar beribadah. Dan sebagaimana diketahui Abu Bakar adalah seorang yang suka menangis yang tidak sanggup menahan air matanya ketika membaca Al Qur’an.Maka kemudian kagetlah para pembesar Quraisy dari kalangan Musyrikin yang akhirnya mereka memanggil Ibnu Ad-Daghinah ke hadapan mereka dan berkata, kepadanya:“Sesungguhnya kami telah memberikan perlindungan kepada Abu Bakr agar dia mberibadah di rumahnya namun dia melanggar hal tersebut dengan membangun tempat shalat di halaman rumahnya serta mengeraskan shalat dan bacaan padahal kami khawatir hal itu akan dapat mempengaruhi isteri-isteri dan anak-anak kami dan ternyata benar-benar terjadi. Jika dia suka untuk tetap beribadah di rumahnya silakan namun jika dia menolak dan tetap menampakkan ibadahnya itu mintalah kepadanya agar dia mengembalikan perlindungan anda karena kami tidak suka bila kamu melanggar perjanjian dan kami tidak setuju bersepakat dengan Abu Bakar”.Berkata, ‘Aisyah radliallahu ‘anha: Maka Ibnu Ad-Daghinah menemui Abu Bakar dan berkata: “Kamu telah mengetahui perjanjian yang kamu buat, maka apakah kamu tetap memeliharanya atau mengembalikan perlindunganku kepadaku karena aku tidak suka bila orang-orang Arab mendengar bahwa aku telah melanggar perjanjian hanya karena seseorang yang telah aku berjanji kepadanya”. Maka Abu Bakar berkata: “Aku kembalikan jaminanmu kepadamu dan aku ridho hanya dengan perlindungan Allah dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam. Kejadian ini adalah di Makkah.Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh aku telah ditampakkan negeri tempat hijrah kalian dan aku melihat negeri yang subur ditumbuhi dengan pepohonan kurma diantara dua bukit yang kokoh. Maka berhijrahlah orang yang berhijrah menuju Madinah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hal itu. Dan kembali pula berdatangan ke Madinah sebagian dari mereka yang pernah hijrah ke Habasyah sementara Abu Bakar telah bersiap-siap pula untuk berhijrah.Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, kepadanya: “Janganlah kamu tergesa-gesa karena aku berharap aku akan diizinkan (untuk berhijrah) “. Abu Bakar berkata: “Sungguh demi bapakku tanggungannya, apakah benar Tuan mengharapkan itu?” Beliau bersabda: “Ya benar”. Maka Abu Bakar berharap dalam dirinya bahwa dia benar-benar dapat mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berhijrah. Maka dia memberi makan dua hewan tunggangan yang dimilikinya dengan dedaunan Samur selama empat bulan.sumber : Hadits Bukhari No.2134
Dilansir Bikyamasr.com, Sabtu
(8/12), Ulama Pakistan, Hakim Niyaz Ahmad, dalam bukunya terbarunya Kebenaran Usia Aisyah, juga menegaskan hal yang
sama bahwa Aisyah telah berumur 19 tahun ketika menikah dengan
Rasulullah. "Kebanyakan sumber, terutama Abu Naim al-Isfahani,
mengatakan Asma 27 tahun ketika pindah ke Madinah. Artinya, Aisyah saat itu
setidaknya berusia 17 tahun," tulis Hakim Niyaz, Sabtu (8/12).Asma merupakan kakak dari Aisyah. Fakta ini sekaligus
menggugurkan hadis-hadis yang menyebut Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad
ketika berusia 9 tahun, seperti diriwayatkan Hisyam Urwa.
Menurut Ulama Pakistan ini, penuturan Hisyam tidak bisa lagi
dipercaya karena ketika itu dia sudah berusia 84 tahun. Kebanyakan dari sumber
hadis Hisyam sudah meninggal sehingga sulit buat membuktikan ucapannya itu. Dari hasil penelusuran pelbagai dokumen agama dan sejarah, Hakim
menyimpulkan Aisyah memang sudah menginjak usia siap menikah. Dia menjelaskan
sebelum menikah dengan nabi, Aisyah sudah bertunangan dengan Jubair bin Mutam.
Keluarga calon mempelai lelaki itu kemudian tidak terima setelah calon menantu
mereka masuk Islam (mualaf). Sang ayah, Abu Bakar, lantas berunding dengan keluarga Jubair.
Dia ingin memutus ikatan pertunangan antara Aisyah Ra dan Jubair. Perundingan
berjalan baik, Aisyah dan Jubair putus hubungan. Selepas itu, baru Nabi
Muhammad melamar Aisyah. Cobalah perhatikan tulisan yang dicetak tebal, pada hadits
shahih di atas:
‘Aisyah radliallahu‘anha berkata; “Aku belum lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk Islam…
Hal ini bermakna ketika Abu Bakar ra. masuk Islam, Aisyah ra.
sudah lahir. Berdasarkan catatan sejarah, Abu Bakar ra. masuk Islam pada
tahun-1 Kenabian (tahun ke-10 Sebelum Hijriah).
Dan jika pada saat itu Aisyah ra. baru berusia 7-8 tahun, maka
saat beliau berumah tangga dengan Rasulullah, Maka Aisyah ra. telah berusia
19-20 tahun. (Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar