Assalamu'alaikum....Selamat Datang di MATAHARI DUNIA GUNUNGSARI....Blog anak Desa Gunungsari Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro BOJONEGORO DEVELOPMENT COMMITTEE (BOJODEC) adalah Organisasi Yang Bergerak Dalam Bidang Sosial Kemanusian. Bergabunglah Bersama Kami Untuk Bojonegoro Sejahtera Lahir dan Bathin

Rabu, 08 Mei 2013

Membantah Rosululloh Seorang Pedofilia



Kita selama ini mendapatkan informasi bahwa Rasulullah SAW telah melamar Aisyah RA ketika berumur 6 tahun dan berumah tangga ketika berusia 9 tahun. Selama ini pula, kaum orientalis dan kafir pembenci Islam kerap mengolok Nabi Muhammad seorang pedofilia karena mengawini Aisyah, bocah perempuan berusia sembilan tahun. Namun, ejekan itu kini terbantahkan.
Menjawab pertanyaan benar atau tidak masalah ini, melalui studi kritis terhadap hadits, Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi menemukan informasi baru. Dalam bukunya Umur Aisyah, menegaskan Rasulullah SAW berumah tangga dengan Aisyah Ra saat Aisyah Ra berusia 19 tahun.
Jadi, bagaimana cerita runutnya?!
Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi adalah seorang ahli hadits dari India. Ia lahir tahun 1924 M, putera ulama hadits terkenal Mufti Isyfaq Rahman. Ayahnya ini pernah jadi mufti besar Bhopal India.

Adapun yang menjadi dasar kesimpulan tersebut adalah riwayat yang menunjukkan beda usia Aisyah r.a dengan kakaknya Asma, sekitar 10 tahun. Riwayat ini ada di kitab Siyar A’lamal Nubala karangan Al Zahabi. Sedangkan Asma meninggal di usia 100 tahun pada tahun 73 H (diriwayatkan Ibnu Kathir dan Ibnu Hajar). Artinya, Asma lahir tahun 27 Sebelum Hijrah dan Aisyah lahir tahun 17 Sebelum Hijrah.

Sementara itu, para ahli sejarah sepakat bahwa pernikahan Rasulullah SAW dengan Aisyah ra, terjadi pada sekitar tahun 2 H. Berarti Aisyah ra berumah tangga dengan Rasulullah SAW pada usia 19 tahun.

Mudah-mudahan dengan berita ini, tidak ada lagi berita-berita miring yang dialamatkan kepada Rasulullah SAW atas pernikahannya dengan Siti Aisyah. Kalau umur 19 tahun di masa itu, sepertinya sudah layak dianggap dewasa. Secara emosional dan psikologis, umur 19 tahun juga sudah bukan umur anak-anak lagi.

Catatan : Sebagai tambahan dalil…

1. Siti Aisyah Ra. berkata :

“Saya seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar diturunkan (Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum wa’l-sa`atu adha’ wa amarr)…

Untuk dipahami, gadis muda (jariah), adalah mereka yang telah berusia antara 6-13 tahun.

Jika Surat al Qamar, diturunkan pada tahun ke 8 (delapan) sebelum hijriyah (The Bounteous Koran, M.M. Khatib, 1985), berarti usia Aisyah ra. saat menikah antara 16-23 tahun…

Syekh Muhammad Sayyid At-Thanthawy berpendapat, Surat al Qamar diturunkan pada tahun ke 5 (lima) sebelum hijriah. Jikapun pendapat ini, kita jadikan patokan (dasar), maka akan diperoleh keterangan usia Aisyah ra. saat beliau menikah, antara 13-20 tahun.

2. Berdasarkan Sirah An-Nabawiyah (Ibnu Hisyam, 1/245-262.), dakwah secara siriyyah, yang dilakukan Rasulullah sekitar kurang lebih 3 tahun dan sampai orang Islam berjumlah 40 orang. Sejarah mencatat, Aisyah Ra. adalah orang ke-19 yang menerima Islam, ini berarti beliau masuk Islam pada masa dakwah disampaikan secara siriyyah (sembunyi-sembunyi).

Jika Aisyah Ra. pada tahun 2H saat ia menikah, baru berumur 9 tahun. Maka di masa dakwah secara siriyyah, berdasarkan perhitungan tahun, kemungkinan beliau belum lahir. Bagaimana anak yang belum lahir, bisa bersyahadat ?

3. Mari kita pahami hadits berikut :
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari ‘Uqail berkata, Ibnu Syihab maka dia mengabarkan keada saya ‘Urwah bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anha isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata;“Aku belum lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk Islam”. 

Dan berkata, Abu Shalih telah menceritakan kepada saya ‘Abdullah dari Yunus dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepada saya ‘Urwah bin Az Zubair bahwa ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata; “Aku belum lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk Islam dan tidak berlalu satu haripun melainkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang menemui kami di sepanjang hari baik pagi ataupun petang. Ketika Kaum Muslimin mendapat ujian, Abu Bakar keluar berhijrah menuju Habasyah (Ethiopia) hingga ketika sampai di Barkal Ghomad dia didatangi oleh Ibnu Ad-Daghinah seorang kepala suku seraya berkata; “Kamu hendak kemana, wahai Abu Bakar?” Maka Abu Bakar menjawab: “Kaumku telah mengusirku maka aku ingin keliling dunia agar aku bisa beribadah kepada Tuhanku”. 

Ibnu Ad-Daghinah berkata: “Seharusnya orang seperti anda tidak patut keluar dan tidap patut pula diusir karena anda termasuk orang yang bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran. Maka aku akan menjadi pelindung anda untuk itu kembalilah dan sembahlah Tuhanmu di negeri kelahiranmu. 

Maka Ibnu Ad-Daghinah bersiap-siap dan kembali bersama Abu Bakar lalu berjalan di hadapan Kafir Quraisy seraya berkata, kepada mereka: “Sesungguhnya orang sepeti Abu Bakar tidak patut keluar dan tidak patut pula diusir. Apakah kalian mengusir orang yang suka bekerja untuk mereka yang tidak berpunya, menyambung silaturahim, menanggung orang-orang yang lemah, menjamu tamu dan selalu menolong di jalan kebenaran?” 

Akhirnya orang-orang Quraisy menerima perlindungan Ibnu Ad-Daghinah dan mereka memberikan keamanan kepada Abu Bakar lalu berkata, kepada Ibnu Ad-Daghinah:“Perintahkanlah Abu Bakar agar beribadah menyembah Tuhannya di rumahnya saja dan shalat serta membaca Al Qur’an sesukanya dan dia jangan mengganggu kami dengan kegiatannya itu dan jangan mengeraskannya karena kami telah khawatir akan menimbulkan fitnah terhadap anak-anak dan isteri-isteri kami”. Maka Ibnu Ad-Daghinah menyampaikan hal ini kepada Abu Bakar. Maka Abu Bakar mulai beribadah di rumahnya dan tidak mengeraskan shalat bacaan Al Qur’an diluar rumahnya.

Kemudian Abu Bakar membangun tempat shalat di halaman rumahnya sedikit melebar keluar dimana dia shalat disana dan membaca Al Qur’an. Lalu istrei-isteri dan anak-anak Kaum Musyrikin berkumpul disana dengan penuh keheranan dan menanti selesainya Abu Bakar beribadah. Dan sebagaimana diketahui Abu Bakar adalah seorang yang suka menangis yang tidak sanggup menahan air matanya ketika membaca Al Qur’an.

Maka kemudian kagetlah para pembesar Quraisy dari kalangan Musyrikin yang akhirnya mereka memanggil Ibnu Ad-Daghinah ke hadapan mereka dan berkata, kepadanya:“Sesungguhnya kami telah memberikan perlindungan kepada Abu Bakr agar dia mberibadah di rumahnya namun dia melanggar hal tersebut dengan membangun tempat shalat di halaman rumahnya serta mengeraskan shalat dan bacaan padahal kami khawatir hal itu akan dapat mempengaruhi isteri-isteri dan anak-anak kami dan ternyata benar-benar terjadi. Jika dia suka untuk tetap beribadah di rumahnya silakan namun jika dia menolak dan tetap menampakkan ibadahnya itu mintalah kepadanya agar dia mengembalikan perlindungan anda karena kami tidak suka bila kamu melanggar perjanjian dan kami tidak setuju bersepakat dengan Abu Bakar”. 

Berkata, ‘Aisyah radliallahu ‘anha: Maka Ibnu Ad-Daghinah menemui Abu Bakar dan berkata: “Kamu telah mengetahui perjanjian yang kamu buat, maka apakah kamu tetap memeliharanya atau mengembalikan perlindunganku kepadaku karena aku tidak suka bila orang-orang Arab mendengar bahwa aku telah melanggar perjanjian hanya karena seseorang yang telah aku berjanji kepadanya”. Maka Abu Bakar berkata: “Aku kembalikan jaminanmu kepadamu dan aku ridho hanya dengan perlindungan Allah dan RasulNya shallallahu ‘alaihi wasallam. Kejadian ini adalah di Makkah. 

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh aku telah ditampakkan negeri tempat hijrah kalian dan aku melihat negeri yang subur ditumbuhi dengan pepohonan kurma diantara dua bukit yang kokoh. Maka berhijrahlah orang yang berhijrah menuju Madinah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan hal itu. Dan kembali pula berdatangan ke Madinah sebagian dari mereka yang pernah hijrah ke Habasyah sementara Abu Bakar telah bersiap-siap pula untuk berhijrah.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, kepadanya: “Janganlah kamu tergesa-gesa karena aku berharap aku akan diizinkan (untuk berhijrah) “. Abu Bakar berkata: “Sungguh demi bapakku tanggungannya, apakah benar Tuan mengharapkan itu?” Beliau bersabda: “Ya benar”. Maka Abu Bakar berharap dalam dirinya bahwa dia benar-benar dapat mendampingi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berhijrah. Maka dia memberi makan dua hewan tunggangan yang dimilikinya dengan dedaunan Samur selama empat bulan.

sumber : Hadits Bukhari No.2134
Dilansir Bikyamasr.com, Sabtu (8/12), Ulama Pakistan, Hakim Niyaz Ahmad, dalam bukunya terbarunya Kebenaran Usia Aisyah, juga menegaskan hal yang sama bahwa Aisyah telah berumur 19 tahun ketika menikah dengan Rasulullah. "Kebanyakan sumber, terutama Abu Naim al-Isfahani, mengatakan Asma 27 tahun ketika pindah ke Madinah. Artinya, Aisyah saat itu setidaknya berusia 17 tahun," tulis Hakim Niyaz, Sabtu (8/12).Asma merupakan kakak dari Aisyah. Fakta ini sekaligus menggugurkan hadis-hadis yang menyebut Aisyah menikah dengan Nabi Muhammad ketika berusia 9 tahun, seperti diriwayatkan Hisyam Urwa.
Menurut Ulama Pakistan ini, penuturan Hisyam tidak bisa lagi dipercaya karena ketika itu dia sudah berusia 84 tahun. Kebanyakan dari sumber hadis Hisyam sudah meninggal sehingga sulit buat membuktikan ucapannya itu. Dari hasil penelusuran pelbagai dokumen agama dan sejarah, Hakim menyimpulkan Aisyah memang sudah menginjak usia siap menikah. Dia menjelaskan sebelum menikah dengan nabi, Aisyah sudah bertunangan dengan Jubair bin Mutam. Keluarga calon mempelai lelaki itu kemudian tidak terima setelah calon menantu mereka masuk Islam (mualaf). Sang ayah, Abu Bakar, lantas berunding dengan keluarga Jubair. Dia ingin memutus ikatan pertunangan antara Aisyah Ra dan Jubair. Perundingan berjalan baik, Aisyah dan Jubair putus hubungan. Selepas itu, baru Nabi Muhammad melamar Aisyah. Cobalah perhatikan tulisan yang dicetak tebal, pada hadits shahih di atas:

‘Aisyah radliallahu‘anha berkata; “Aku belum lagi baligh ketika bapakku sudah memeluk Islam…

Hal ini bermakna ketika Abu Bakar ra. masuk Islam, Aisyah ra. sudah lahir. Berdasarkan catatan sejarah, Abu Bakar ra. masuk Islam pada tahun-1 Kenabian (tahun ke-10 Sebelum Hijriah). 
Dan jika pada saat itu Aisyah ra. baru berusia 7-8 tahun, maka saat beliau berumah tangga dengan Rasulullah, Maka Aisyah ra. telah berusia 19-20 tahun. (Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar