1. Klasifikasi
Divisio :
Spermatophyta
Sub-diviso :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Zingiberales
Famili :
Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species :
Curcuma domestica Val.
2. URAIAN
TANAMAN
2.1 Sejarah
Singkat
Kunyit merupakan
tanaman obat berupa semak dan
bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman
kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal
dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa
kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan
Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai
Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak
beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India,
Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.
2.2 Deskripsi
Tanaman kunyit
tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak,
bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari
pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang
hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau
pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu,
panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna
putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit
luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga
kekuning-kuningan.
2.3 Jenis
Tanaman
Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. Longa
Linn, Amomum curcuma Murs. Ini
merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya.
3. MANFAAT
TANAMAN
Di daerah Jawa,
kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan,
membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan.
Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku
industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu
rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti
oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak
darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
4. SENTRA
PENANAMAN
Di Indonesia,
sentra penanaman kunyit di Jawa Tengah, dengan produksi mencapai 12.323 kg/ha.
Di India, Srilanka, Cina, Haiti, dan Jamaika dengan produksi mencapai > 15
ton/ha.
5. SYARAT
PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a. Tanaman
kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau
sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau
sedikit naungan.
b. Pertumbuhan
terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila
ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus
diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang
tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
c. Suhu udara
yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30oC.
5.2. Media Tanam
1) Kunyit tumbuh
subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan
menghasilkan umbi yang berlimpah.
2) Jenis tanah
yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung
berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
5.3. Ketinggian
Tempat
Kunyit tumbuh
baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000
m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.
6. PEDOMAN
BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan
Bibit
Bibit kunyit
yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat
bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun
banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal
dari rimpang yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna
seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat
(dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit,
kerikil).
2) Penyiapan
Bibit
Rimpang bahan
bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk
memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu
dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida
(benlate dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang
maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang
3-7 cm.
3) Teknik
Penyemaian Bibit
Pertumbuhan
tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara: mengangin-anginkan rimpang
di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari
(pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28oC).
Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28oC.
dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT
yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan
G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan
dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35oC. Jumlah anakan atau berat
rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol
sebanyak 250 ppm.
4) Pemindahan
Bibit
Bibit yang telah
siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah
tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah
dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan
secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak.
Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan
dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan
bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh
maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di lokasi.
Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.
6.2. Pengolahan
Media Tanam
1) Persiapan
Lahan
Lokasi penanaman
dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk
kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
2) Pembukaan
Lahan
Lahan yang akan
ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan
alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus
mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian
diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah
menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari.
3) Pembentukan
Bedengan
Lahan kemudian
dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengan jarak antar bedengan
30-50 cm.
4) Pemupukan
(sebelum tanam)
Untuk
mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase,
dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang)
ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam
membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.
6.3. Teknik
Penanaman
Kebutuhan bibit
kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh
produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha.
1) Penentuan
Pola Tanaman
Bibit kunyit
yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan
arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam dengan dua pola,
yaitu penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8
bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali
musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang
sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya.
2) Pembutan
Lubang Tanam
Lubang tanam
dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan
kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
3) Cara
Penanaman
Teknik penanaman
dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada
media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric
acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan
rimpang kunyit.
4) Perioda Tanam
Masa tanam
kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan
lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup
banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda
yaitu 7 – 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim
hujan.
6.4.
Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Apabila ada
rimpang kunyit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya buruk, maka dilakukan
penanaman susulan (penyulaman) rimpang lain yang masih segar dan sehat.
2) Penyiangan
Penyiangan dan
pembubunan perlu dilakukan untuk menghilangkan rumput liar (gulma) yang
mengganggu penyerapan air, unsur hara dan mengganggu perkembangan tanaman.
Kegiatan ini dilakukan 3-5 kali bersamaan dengan pemupukan dan penggemburan
tanah. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur ½ bulan dan
bersamaan dengan ini maka dilakukan pembubunan guna merangsang rimpang agar tumbuh
besar dan tanah tetap gembur.
3) Pembubunan
Seperti halnya
tanaman rimpang lainnya, pada kunyit pekerjaan pembubunan ini diperlukan untuk
menimbun kembali daerah perakaran dengan tanah yang melorot terbawa air.
Pembubunan bermanfaat untuk memberikan kondisi media sekitar perakaran lebih
baik sehingga rimpang akan tumbuh subur dan bercabang banyak. Pembubunan
biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan biasanya dilakukan secara rutin
setiap 3 – 4 bulan sekali.
4) Pemupukan
a. Pemupukan
Organik
Penggunaan pupuk
kandang dapat meningkatkan jumlah anakan, jumlah daun, dan luas area daun
kunyit secara nyata. Kombinasi pupuk kandang sebanyak 45 ton/ha dengan populasi
kunyit 160.000/ha menghasilkan produksi sebanyak 29,93 ton/ha.
b. Pemupukan
Konvensional
Selain pupuk
dasar (pada awal penanaman), tanaman kunyit perlu diberi pupuk susulan kedua
(pada saat tanaman berumur 2-4 bulan). Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
organik 15-20 ton/ha. Pemupukan tahap kedua digunakan pupuk kandang dan pupuk
buatan (urea 20 gram/pohon; TSP 10 gram/pohon; dan ZK 10 gram/pohon), serta K2O
(112 kg/ha) pada tanaman yang berumur 4 bulan. Dengan pemberian pupuk ini
diperoleh peningkatan hasil sebanyak 38% atau 7,5 ton rimpang segar/ha.
Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk nitrogen (60 kg/ha), P2O5
(50 kg/ha), dan K2O (75 kg/ha). Pupuk P diberikan pada awal tanam,
pupuk N dan K diberikan pada awal tanam (1/3 dosis) dan sisanya (2/3 dosis)
diberikan pada saat tanaman berumur 2 bulan dan 4 bulan. Pupuk diberikan dengan
ditebarkan secara merata di sekitar tanaman atau dalam bentuk alur dan ditanam di
sela-sela tanaman.
5) Pengairan dan
Penyiraman
Tanaman kunyit
termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan
pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan
air sehingga rimpang tidak membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan
dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.
6) Waktu
Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan
pestisida dilakukan JIKA telah
timbul gejala serangan hama penyakit.
7) Pemulsaan
Sedapat mungkin
pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan
tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah
tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan
tanah di antara lubang tanaman.
7. HAMA DAN
PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat
penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
Gejala:
pada pangkal
akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu
membusuk.
Pengendalian:
tanaman disemprot/ditaburkan
insektisida furadan G-3.
7.2. Penyakit
1) Busuk bakteri
rimpang
Penyebab:
oleh kurang baik
sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akibat
alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan.
Gejala:
kulit akar
tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk
dan keropos.
Pengendalian:
a. mencegah
terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang;
b.
penyemprotanfungisida dithane M-45.
2) Karat daun
kunyit
Penyebab:
Taphrina
macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut
Panchaetothrips.
Gejala:
timbulnya warna
coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman
dewasa/daun yang tua maka tidak akan mempengaruhi produksinya sebaliknya jika
menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.
Pengendalian:
a. Dilakukan
dengan mengurangi kelembaban;
b. Penyemprotan
insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane
M-45 secara teratur selama seminggu sekali
7.2. Gulma
Gulma potensial
pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-alang,
rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
7.4.
Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian
organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan
bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal
pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal
dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1) Mengusahakan
pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari
hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
2) Memanfaatkan
semaksimal mungkin musuh-musuh alami
3) Menggunakan
varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
4) Menggunakan
pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
5) Menggunakan
teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan
pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa
tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
6) Penggunaan
pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada
tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat
berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam
pengendalian hama antara lain adalah:
1) Tembakau
(Nicotiana tabacum) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai
fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
2) Piretrum
(Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan
sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya
dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu,
hama gudang, dan lalat buah.
3) Tuba (Derris
elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam
bentuk hembusan dan semprotan.
4) Neem tree
atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya
cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti
wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis
medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV
dan Tungro.
5) Bengkuang
(Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang
dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
6) Jeringau
(Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya
digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang
Callosobrocus.
8. PANEN
8.1. Ciri dan
Umur Panen
Tanaman kunyit
siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang terbaik adalah pada umur
tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun kedua. Saat itu produksi
yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa panen
pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman kunyit yang siap panen ditandai
dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif, seperti terjadi kelayuan/perubahan
warna daun dan batang yang semula hijau berubah menjadi kuning (tanaman
kelihatan mati).
8.2. Cara Panen
Pemanenan
dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan cangkul/garpu. Sebelum
dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih dahulu. Selanjutnya rimpang yang
telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang melekat lalu dimasukkan dalam karung
agar tidak rusak.
8.3. Periode
Panen
Panen kunyit
dilakukan dimusim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung
didalamnya mengumpul. Selain itu kandungan air dalam rimpang sudah sedikit
sehingga memudahkan proses pengeringannya.
8.4. Perkiraan
Hasil Panen
Berat basah
rimpang bersih/rumpun yang diperoleh dari hasil panen mencapai 0,71 kg.
Produksi rimpang segar/ha biasanya antara 20-30 ton.
9. PASCAPANEN
9.1. Penyortiran
Basah dan Pencucian
Sortasi pada
bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa
tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan
tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air
bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya
dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi.
Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung
didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena
dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit.
Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar
sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam
wadah plastik/ember.
9.2. Perajangan
Jika perlu
proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang
akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan
ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh
dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan
mesin pemotong.
9.3. Pengeringan
Pengeringan
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat
pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah
kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas
tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan
harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata.
Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan
disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan
pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven
dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang
jumlah rimpang yang dihasilkan.
9.4. Penyortiran
Kering
Selanjutnya
lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan
bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran
lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung
rendemennya).
9.5. Pengemasan
Setelah bersih,
rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang
bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang
jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman
bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode
penyimpanannya.
9.6. Penyimpanan
Kondisi gudang
harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan
gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari
kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan,
memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta
bersih dan terbebas dari hama gudang.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal.
Anonimous. 1994.
Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar
di
Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
311 Hal.
Darwis SN. 1991.
Tumbuhan obat famili Zingiberaceae. Bogor, Puslitbang Tanaman Industri: 39-61.
Kartasapoetra,
G. 1992. Budidaya tanaman berkhasiat obat: kunyit (kunir). Jakarta, PT. Rineka
Cipta: 60.
Kloppenburg-Versteegh,
J. 1988. Petunjuk lengkap mengenai tanamantanaman di Indonesia dan khasiatnya
sebagai obat-obatan tradisional (kunir atau kunyit-Curcuma domestica Val.).
Jilid 1: bagian Botani. Yogyakarta, CD.RS. Bethesda: 102-103.
Moko, Hidayat;
Mulyoto; Ismiyatiningsih. 1993. Pengaruh beberapa zat pengatur tumbuh dan mulsa
terhadap pertumbuhan tanaman kunyit. Buletin Pertanian Tanaman Rempah dan Obat,
8 (1) 1993: 30-38.
Muhlisah,
Fauziah. 1996. Tanaman obat keluarga (toga): kunyit. Cet.2. Jakarta, Penebar
Swadaya: 40-41.
Nugroho, Nurfina
A. 1998. Manfaat dan prospek pengembangan kunyit. Ungaran,Trubus Agriwidya. 86
hal.
Soedibyo, BRA
Mooryati. 1998. Alam sumber kesehatan, manfaat dan kegunaan: kunyit. Cet.1.
Jakarta,
Balai Pustaka: 230-231.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar